FUNGSIONALISME DAN BEHAVIORISME

Nama : Nuruliza Ferdina

Nim   : 2310322011

Kelas : Psikologi B

 

1. Awal Perkembangan Psikologi Amerika

Empat tahap awal psikologi Amerika:

Tahap Satu: Filsafat Moral dan Mental (1640–1776)

Pada awal periode 136 tahun filsafat moral dan mental, psikologi mencakup topik-topik seperti etika, ketuhanan, dan filsafat. Selama masa ini, psikologi berkaitan dengan masalah jiwa, dan apa yang yang diajarkan tidak dipertanyakan. Periode “Pencerahan Amerika” dimulai pada tahun 1714, ketika An Essay Concerning Human Understanding (1690) karya John Locke tiba di koloni dan mempunyai pengaruh yang luas. Samuel Johnson (1696–1772), presiden pertama Universitas Columbia (didirikan pada tahun 1754), menerima Locke dengan antusias dan menulis sebuah buku yang berisi banyak idenya. Buku ini mencakup banyak topik yang jelas berhubungan dengan psikologi, seperti psikologi anak, dasar kesadaran, dasar pengetahuan, introspeksi, dan persepsi. 

 

Tahap Dua: Filsafat Intelektual (1776–1886)

Selama tahap filsafat intelektual, psikologi menjadi disiplin ilmu tersendiri di Amerika Serikat, sebagian besar di bawah pengaruh filsafat commonsense (akal sehat) Skotlandia. Buku-buku teks Amerika yang serupa dengan karya para filsuf Skotlandia mulai muncul. Salah satunya adalah buku Noah Porter, The Human Intellect: With a Navigation Upon Psychology and the Soul (1868), yang menggambarkan masa pergeseran psikologi dari bidang teologi dan filsafat ke disiplin ilmu yang terpisah. 

 

Tahap Tiga: Renaisans AS (1886–1896) 

Selama masa renaisans AS, psikologi sepenuhnya dibebaskan dari agama dan filsafat dan menjadi ilmu pengetahuan yang empiris. John Dewey menerbitkan Psychology, yang mendefinisikan ilmu pengetahuan empiris baru, pada tahun 1886, dan edisi pertama dari William James's The Principles of Psychology, jurnal psikologi pertama di Amerika Serikat, diterbitkan pada tahun 1890. Semua peristiwa ini menandai awal psikologi.

 

Tahap Empat: Fungsionalisme AS (1896 hingga sekarang)

Selama tahap fungsionalisme AS, ilmu pengetahuan, kepedulian terhadap kepraktisan, penekanan pada individu, dan teori evolusi digabungkan ke dalam sekolah fungsionalisme. Sahakian (1975) mengatakan bahwa publikasi artikel John Dewey "The Reflex Arc in Psyhcology" pada tahun 1896 menandai awal fungsionalisme. Yang lain mengatakan bahwa James's The Principles of Psychology, yang diterbitkan pada tahun 1890, merupakan penanda awal fungsionalisme secara formal.

 

2. Karakteristik Fungsionalisme

  • Kaum fungsionalis menentang apa yang mereka anggap sebagai pencarian yang steril terhadap elemen-elemen kesadaran di mana kaum strukturalis terlibat.
  • Kaum fungsionalis ingin memahami fungsi pikiran daripada memberikan deskripsi statis tentang isinya. Mereka percaya bahwa proses mental membantu organisme beradaptasi dengan lingkungannya.
  • Kaum strukturalis secara aktif menghindari kepraktisan, sedangkan kaum fungsionalis ingin psikologi menjadi ilmu praktis daripada ilmu teoretis, dan mereka berusaha untuk menerapkan hasil penelitian mereka untuk meningkatkan pendidikan, industri, kehidupan pribadi, dan sebagainya.
  • Para fungsionalis mendesak perluasan psikologi untuk mencakup penelitian pada hewan, anak-anak, dan manusia yang tidak normal.
  • Ketertarikan kaum fungsionalis pada "mengapa" dari proses mental dan perilaku mengarah langsung ke kepedulian terhadap motivasi. Karena suatu organisme akan bertindak secara berbeda dalam lingkungan yang sama.
  • Kaum fungsionalis menerima proses mental dan perilaku sebagai materi pelajaran yang sah untuk psikologi, dan sebagian besar dari mereka memandang introspeksi sebagai salah satu dari banyak alat penelitian yang valid.
  • Kaum fungsionalis lebih tertarik pada apa yang membuat organisme berbeda satu sama lain daripada apa yang membuat mereka serupa.
  •  Semua fungsionalis secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh William James, yang telah sangat dipengaruhi oleh teori Darwin tentang evolusi.

 

3. Pemikiran W. James, H. Munsterberg, dan G.S Hall

WILLIAM JAMES

William James (1842-1910) mewakili transisi antara psikologi Eropa dan psikologi AS. Meskipun karya-karyanya belum mencapai tingkat yang cukup untuk menciptakan sebuah aliran pemikiran tertentu, mereka mengandung dasar yang akan mendorong perkembangan aliran tersebut.

Prinsip Pragmatisme: James adalah salah satu pendiri aliran filsafat yang dikenal sebagai pragmatisme. Menurutnya, kebenaran dan makna ide-ide harus diukur berdasarkan konsekuensi praktisnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini berarti bahwa nilai suatu gagasan harus dinilai berdasarkan sejauh mana ia berguna atau bermanfaat dalam memecahkan masalah nyata.

Teori Kesadaran: James adalah salah satu tokoh awal dalam memahami konsep kesadaran. Dalam karyanya yang terkenal, "The Principles of Psychology" (1890), ia memeriksa berbagai aspek kesadaran, termasuk persepsi, perhatian, ingatan, dan emosi. Ia mengembangkan konsep kesadaran sebagai aliran yang terus menerus dan selalu berubah, bukan sebagai entitas statis.

Fungsionalisme: William James menekankan pentingnya memahami fungsi-fungsi proses mental, bukan hanya struktur atau komponen-komponennya. James mengatakan bahwa pikiran dan emosi manusia memiliki fungsi adaptif yang membantu individu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Penelitian tentang Emosi: James melakukan penelitian tentang emosi dan mengembangkan teori emosi yang dikenal sebagai teori James-Lange. Menurut teori ini, respons fisik yang terjadi setelah suatu peristiwa (misalnya, detak jantung yang meningkat atau gemetar) memicu pengalaman emosi.

 

HUGO MUNSTERBERG

Hugo Münsterberg (1863-1916) adalah seorang psikolog dan filsuf Jerman yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan psikologi terapan.

Psikologi Terapan: Münsterberg adalah salah satu pelopor dalam mengaplikasikan prinsip-prinsip psikologi dalam berbagai bidang kehidupan nyata, termasuk industri, bisnis, dan sistem hukum. Ia mengemukakan bahwa psikologi dapat digunakan untuk memahami dan meningkatkan efisiensi di berbagai aspek kehidupan manusia

Psikologi Industri dan Organisasi: Münsterberg melakukan penelitian dan memberikan saran kepada perusahaan tentang bagaimana mereka dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja dengan memahami psikologi individu di tempat kerja. Ia juga memperkenalkan metode pengujian psikologi dalam proses seleksi pekerjaan.

Psikologi Klinis: Münsterberg mengembangkan metode-metode untuk mengukur dan mengevaluasi kesehatan mental individu. Kontribusinya dalam psikologi klinis membantu membuka jalan untuk pengembangan psikoterapi dan layanan kesehatan mental.

 

GRANVILLE STANLEY HALL

Granville Stanley Hall (1844-1924) adalah seorang psikolog Amerika yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan psikologi dan pendidikan di Amerika Serikat.

Pembentukan American Psychological Association (APA): Salah satu kontribusi paling penting dari  Hall adalah pendirian American Psychological Association (APA) pada tahun 1892. Ini adalah organisasi profesional utama bagi para psikolog di Amerika Serikat dan menjadi pusat untuk pengembangan dan penyebaran pengetahuan psikologi.

Teori Evolusi Dalam Psikologi: Hall mengemukakan bahwa perkembangan individu manusia mencerminkan perkembangan evolusi manusia secara keseluruhan.

Teori Stages of Development: Hall membagi masa perkembangan anak menjadi berbagai tahap, termasuk masa bayi, anak prasekolah, sekolah dasar, dan remaja. Ia mengamati perubahan dalam pikiran, emosi, dan perilaku anak-anak selama tahapan-tahapan ini dan memberikan penekanan pada pentingnya memahami perkembangan individu secara kontinu sepanjang hidup.

Studi Remaja: Salah satu kontribusi terbesar Hall adalah dalam pemahaman tentang masa remaja. Karyanya yang terkenal, "Adolescence: Its Psychology and Its Relations to Physiology, Anthropology, Sociology, Sex, Crime, Religion, and Education" (1904), membahas secara mendalam tentang masa remaja sebagai periode penting dalam perkembangan manusia. Ia mengemukakan bahwa remaja adalah periode yang khas dan penuh konflik, tetapi juga merupakan waktu di mana individu mengalami pertumbuhan kognitif dan emosional yang signifikan.

 

 4. Fungsionalisme di Universitas Chicago

Aliran fungsionalisme di Universitas Chicago berkembang sekitar periode tahun 1890-an hingga awal abad ke-20.Periode ini ditandai oleh perubahan sosial dan ilmiah yang signifikan, termasuk pengaruh teori evolusi Charles Darwin, pemikiran pragmatisme, dan perubahan dalam pendekatan psikologi. John Dewey, salah satu tokoh terkenal dari Chicago School, memainkan peran penting dalam menciptakan pendidikan progresif yang menekankan pada pengalaman langsung dan partisipasi aktif dalam pembelajaran. Dewey juga menekankan pentingnya pendidikan yang berpusat pada kebutuhan dan perkembangan individu. Universitas Chicago juga memperhatikan perkembangan anak dan remaja sebagai area penelitian penting. Mereka memahami bahwa perkembangan individu melibatkan perubahan yang signifikan selama berbagai tahapan kehidupan.

 

5. Fungsionalisme di Universitas Kolombia

Fungsionalisme, aliran dalam psikologi yang menekankan penelitian tentang fungsi mental dan adaptasi individu terhadap lingkungan, juga memiliki pengaruh di Universitas Columbia di awal abad ke-20. Universitas ini merupakan salah satu tempat di mana psikologi fungsionalisme berkembang dan dipraktikkan oleh sejumlah tokoh penting dalam bidang ini.

James McKeen Cattell: James McKeen Cattell adalah seorang psikolog yang bekerja di Universitas Columbia dan dikenal sebagai salah satu pendiri American Psychological Association (APA). Cattell melakukan penelitian dasar di berbagai bidang seperti waktu reaksi, psikofisika, dan pengujian mental. Ia berkontribusi pada pengembangan metode psikologi eksperimen dan merupakan salah satu pendukung awal psikologi sebagai ilmu eksperimental.

 

 6. Latar Belakang Behaviour

Behaviorisme muncul sebagai reaksi terhadap psikologi sebelumnya, terutama dua aliran utama pada saat itu: strukturalisme dan fungsionalisme. Salah satu pengaruh utama dalam perkembangan behaviorisme adalah karya Ivan Pavlov tentang kondisioning klasik. Pavlov melakukan penelitian tentang respons refleks pada hewan, terutama anjing, dan menunjukkan bahwa perilaku dapat dijelaskan melalui hubungan antara stimulus dan respons. Temuannya mengilustrasikan bahwa perilaku dapat dipahami dan dijelaskan dengan metode ilmiah yang obyektif.

John B. Watson, seorang psikolog Amerika, adalah tokoh sentral dalam perkembangan behaviorisme. Pada tahun 1913, dalam artikel yang terkenal berjudul "Psychology as the Behaviorist Views It," Watson secara resmi mengusulkan behaviorisme sebagai aliran baru dalam psikologi. Ia menegaskan bahwa psikologi harus berfokus pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur, dan menghindari konsep-konsep abstrak tentang proses mental. Behaviorisme bertujuan untuk menjadikan psikologi sebagai ilmu yang lebih dapat diuji secara empiris.

 

 7. Psikologi Objektif Rusia

Psikologi Objektif Rusia sangat dipengaruhi oleh tradisi fisiologi Rusia yang kuat, terutama oleh Ivan Sechenov dan Ivan Pavlov. Mereka menganggap bahwa psikologi harus berakar pada ilmu alam dan fisiologi tubuh manusia. Ivan Sechenov adalah tokoh awal dalam perkembangan Psikologi Objektif. Ia mempublikasikan buku berjudul "Reflexes of the Brain" pada tahun 1863, di mana ia mengemukakan bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai respons terhadap stimulus lingkungan dan proses fisiologis dalam otak. Karyanya tentang pengkondisian menciptakan dasar untuk pemahaman tentang bagaimana stimulus eksternal dapat memengaruhi perilaku. Psikologi objektif Rusia berfokus pada hubungan antara stimulus dan respons. Mereka menganggap bahwa perilaku manusia dapat dijelaskan sebagai respons terhadap rangsangan dari lingkungan.

 

 8. Pemikiran J.B Watson, W. McDougal, dan Neo Behaviorisme

a. John Broadus Watson (1878–1958)

John Broadus Watson adalah seorang psikolog Amerika yang dikenal sebagai salah satu pendiri aliran behaviorisme dalam psikologi. Menurut Watson, behaviorisme adalah suatu pendekatan dalam psikologi yang berfokus secara eksklusif pada perilaku yang dapat diobservasi dan diukur secara objektif. Ia mengembangkan pandangan yang sangat deterministik tentang manusia dan perilaku manusia. Salah satu kontribusi terbesar Watson dalam behaviorisme adalah penolakannya terhadap konsep proses mental, seperti pikiran, perasaan, dan pengalaman subjektif. Ia berpendapat bahwa proses-proses ini sulit diobservasi dan tidak dapat digunakan sebagai dasar ilmiah dalam psikologi.

Perilaku Sebagai Objek Penelitian: Watson mengusulkan bahwa psikologi harus memusatkan perhatian pada perilaku yang dapat diobservasi secara objektif. Ia menekankan pentingnya mengukur dan mengamati perilaku sebagai cara untuk mengembangkan ilmu psikologi yang lebih ilmiah.

Stimulus dan Respons: Watson memfokuskan perhatiannya pada hubungan antara stimulus (rangsangan eksternal) dan respons (reaksi yang dapat diobservasi) dalam pemahaman perilaku manusia.

 

b. William McDougall (1871-1938)

William McDougall adalah seorang psikolog dan filsuf asal Inggris yang dikenal karena berbagai kontribusinya dalam psikologi dan ilmu-ilmu terkait. Pemikirannya mencakup berbagai bidang, termasuk psikologi sosial, psikologi klinis, etika, dan filosofi.

Instink: McDougall memperkenalkan konsep "instink" dalam psikologi. Ia berpendapat bahwa instink adalah bentuk dasar dari perilaku yang diwariskan dan diatur oleh naluri biologis. McDougall mengidentifikasi berbagai instink manusia, seperti instink kelangsungan hidup, instink parental, dan instink sosial.

Teori Emosi: McDougall juga mengembangkan teori emosi yang berfokus pada peran instink dalam emosi. Ia mengklaim bahwa emosi adalah ekspresi dari instink yang muncul sebagai respons terhadap stimulus tertentu.

 

c. Neo Behaviorisme

Neo behaviorisme adalah aliran psikologi yang muncul sebagai evolusi dari behaviorisme tradisional. Ini menggabungkan beberapa elemen dari behaviorisme dengan elemen-elemen dari psikologi kognitif dan teori belajar sosial. Neo behaviorisme berkembang pada pertengahan abad ke-20 dan mengatasi beberapa kelemahan yang ditemukan dalam pendekatan murni behaviorisme. Neo behaviorisme mengakui bahwa pengalaman subjektif individu, seperti pikiran dan perasaan, dapat memengaruhi perilaku. Ini berarti bahwa faktor-faktor internal, seperti keyakinan, motivasi, dan tujuan individu, dianggap sebagai komponen penting dalam menjelaskan perilaku.


Sumber: Hergenhahn, B.R. 2009. An Introduction to the History of Psychology 6th Edition. Wadsworth: USA

Komentar