Proses dan Fungsi Mental: Sensasi dan Persepsi




Nama : Nuruliza Ferdina

NIM  : 2310322011

Kelas : B


- Proses dan fungsi mental : the ABCs of Sensation

Proses mental merujuk pada proses batin yang terjadi dalam pikiran seseorang ketika mereka memproses informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan mengingat atau mengingat sesuatu. Proses mental mencakup semua hal yang terkait dengan informasi, serta stimulus yang diterima oleh indra juga oleh pikiran. Fungsi mental mencakup kemampuan kognitif manusia untuk melakukan berbagai tugas dan aktivitas mental, seperti memperhatikan, mengingat, memahami, berpikir, dan merespons lingkungannya.

 Informasi dari luar memiliki jalan untuk masuk ke dalam otak, yaitu melalui organ indera dan proses sensasi, di mana informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan tindakan dan respons. Sensasi terjadi ketika reseptor khusus pada mata, telinga, hidung, dan kulit diaktifkan, memungkinkan berbagai jenis rangsangan dari luar menjadi sinyal saraf di otak. Proses ini dikenal sebagai transduksi, di mana rangsangan dari luar, seperti cahaya, diubah menjadi aktivitas saraf.

 Ernst Weber (1795–1878) melakukan penelitian dalam upaya untuk menemukan perbedaan terkecil antara dua berat yang dapat diamati. Hasil dari penelitian ini menghasilkan gagasan yang dikenal sebagai Weber's law of just noticeable differences (jnd, juga dikenal sebagai ambang batas). Menurut Weber's law, apapun perbedaan antara dua stimuli, perbedaan itu selalu konstan.

 

 - Proses indra penglihatan, pendengaran, chemical senses, dan somesthetic senses

 1. Proses Indra Penglihatan

 Persepsi dilakukan oleh alat indera. Meskipun seseorang dapat melihat dengan matanya, mata hanyalah salah satu alat atau bagian yang menerima sinyal dan mengirimkannya ke otak, sehingga individu dapat mempersepsi apa yang dilihatnya.

Secara alur dapat dikemukakan bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut:

1) Stimulus mengenai alat indera.

2) Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses ini merupakan proses fisiologis.

3) Di otak sebagai pusat susunan urat syaraf terjadilah proses yang akhirnya individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima melalui alat indera. Proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses psikologis.

 Reseptor yang sebenarnya terletak pada retina. Di dalam retina terdapat basiles (rods) dan cones, yang masing-masing melakukan tugas tertentu. Basiles membedakan gelap terangnya yang dilihat, dan cones membedakan warna yang dilihat.

 

 2. Proses Indra Pendengaran

 Gelombang suara berasal dari getaran molekul udara di sekitar kita. Sifat-sifat panjang, amplitudo, dan saturasi gelombang cahaya identik dengan gelombang suara.. Panjang gelombang ditafsirkan oleh otak sebagai frekuensi atau nada (tinggi, sedang, atau rendah). Amplitudo diartikan sebagai volume, seberapa lembut atau kerasnya suara. trimbre dari nadai bergantung kepada kombinasi dari bermacam-macam frekuensi.

 Telinga dapat dibagi atas beberapa bagian yang masing-masing mempunyai fungsi atau tugas sendiri-sendiri, yaitu:

1) Telinga bagian luar, yaitu merupakan bagian yang menerima stimulus dari luar.

2) Telinga bagian tengah, yaitu merupakan bagian yang meneruskan stimulus yang diterima oleh telinga bagian luar, jadi bagian ini merupakan transformer.

3) Telinga bagian dalam, yaitu reseptor yang sensitif yang merupakan saraf-saraf penerima.

 

 3. Proses Chemical Sense

Indera pengecap dan indra penciuman sangat erat kaitannya. Taste buds atau pengecap adalah nama umum untuk sel reseptor rasa, jenis neuron tertentu yang ada di mulut yang bertanggung jawab atas sensasi pengecap atau pengecapan. Sebagian besar pengecap ada di lidah, tetapi beberapa ada di bawah lidah, di langit-langit mulut, di pipi, dan di tenggorokan. Berapa banyak taste buds yang dimiliki seseorang menentukan seberapa sensitif mereka terhadap berbagai rasa.

 Setiap pengecap memiliki sekitar 20 reseptor yang sangat mirip dengan sites receptor pada neuron penerima di sinaps. Reseptor pada pengecap bekerja persis seperti sites receptor pada neuron-mereka menerima molekul berbagai zat yang sesuai dengan reseptor. Karena pengecap bekerja dengan molekul makanan manusia dengan cara yang sama seperti reseptor saraf bekerja dengan neurotransmiter, pengecap sering disebut indera kimiawi. Ketika molekul yang terlarut dalam air liur masuk ke dalam reseptor, sebuah sinyal dikirim ke otak, yang kemudian menafsirkan sensasi rasa.

 Seperti halnya indra perasa, indra penciuman adalah indra kimiawi. Kemampuan untuk mencium bau adalah disebut penciuman, atau indra penciuman. Bagian dari sistem penciuman yang mentransmisikan bau-mengubah bau menjadi sinyal yang yang dapat dimengerti oleh otak-terletak di bagian atas saluran hidung. Sinyal dari reseptor penciuman di rongga hidung tidak mengikuti jalur yang sama seperti sinyal dari semua indera lainnya. Penglihatan, pendengaran, rasa, dan sentuhan semuanya melewati thalamus dan kemudian ke area korteks yang memproses informasi sensorik tertentu. Namun, indra penciuman memiliki tempat khusus di otak, yaitu the olfactory bulbs.

 

4. Somesthetic senses

 Kulit juga merupakan organ. Kulit tidak hanya berfungsi untuk menjaga cairan tubuh masuk dan keluar, tetapi juga menerima dan mengirimkan informasi ke sistem saraf pusat, terutama korteks somatosensorik. Reseptor khusus yang terletak di lapisan kulit mengumpulkan informasi tentang sentuhan ringan, tekanan yang lebih dalam, panas, dingin, dan bahkan rasa sakit.

 

- Proses ABCs of perceotion: proses terjadinya persepsi, persepsi terhadap kedalaman, dan perceptual illusion

 1. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu. Meskipun persepsi bersifat individual, ada beberapa kesamaan dalam cara mereka memandang dunia sekitar.

 THE CONSTANCIES: SIZE, SHAPE, AND BRIGHTNESS

a. Size Constancy, yaitu kecenderungan untuk menafsirkan sebuah objek selalu memiliki ukuran yang sama, terlepas dari jaraknya dari pemirsa (atau ukuran bayangan yang dihasilkannya pada retina). Jadi, jika sebuah objek yang biasanya dianggap setinggi sekitar 6 kaki tampak sangat kecil pada retina, objek tersebut akan ditafsirkan sebagai objek yang sangat jauh.

 b. Shape constancy, adalah kecenderungan untuk menafsirkan bentuk suatu objek sebagai konstan, bahkan ketika objek tersebut berubah pada retina. Keteguhan bentuk ini menyebabkan koin tetap terlihat sebagai lingkaran meskipun dipegang pada sudut yang membuatnya terlihat seperti oval.

 c. Brigthness constancy, adalah kecenderungan untuk melihat kecerahan yang tampak dari suatu objek sebagai hal yang sama, bahkan ketika kondisi cahaya berubah.

 

 2. Persepsi Terhadap Kedalaman

 Kemampuan untuk melihat dunia dalam tiga dimensi disebut persepsi kedalaman.  Ini adalah kemampuan yang berguna, karena tanpanya akan kesulitan menilai seberapa jauh objek. Terdapat berbagai isyarat untuk memahami kedalaman. Beberapa hanya memerlukan penggunaan satu mata (isyarat monokular) dan beberapa merupakan hasil dari pola visual yang sedikit berbeda yang ada ketika bidang visual kedua mata digunakan (isyarat binokular).

 Isyarat monokuler sering disebut sebagai isyarat kedalaman gambar karena seniman dapat menggunakan isyarat ini untuk memberikan ilusi kedalaman pada lukisan dan gambar.

 Isyarat Binokular:

a. Konvergensi: mengacu pada rotasi dua mata di dalam rongga mata untuk fokus pada satu objek. Jika objeknya dekat, konvergensinya cukup bagus.

b. Disparitas Binocular:  adalah perbedaan lokasi gambar dari suatu objek yang dilihat oleh mata kiri dan mata kanan, yang dihasilkan dari perbedaan posisi horizontal mata

 

3. Perceptual Illusion

Persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan disebut ilusi. Misalnya, seseorang percaya bahwa mereka melihat sesuatu, tetapi kenyataannya sangat berbeda. Salah satu faktor yang menyebabkan ilusi adalah mungkin karena proses sensorinya terlalu cepat sehingga kita menyimpulkan sesuatu yang salah. Akibatnya, otak kita akan menganggap sesuatu yang terlalu tinggi, yang tidak sesuai dengan kenyataan.

 

 Referensi:

Ciccarelli, Saundra, K.; White, J. Noland. 2017. Psychology 5th Ed. Pearson Education. New Jersey

Wagilto, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Komentar