Nama : Nuruliza Ferdina
Nim : 2310322011
Kelas : Psikologi B
1. Perbedaan Individu
Para astronomlah yang pertama kali menyadari bahwa pengetahuan tentang fisiologi manusia dapat bermanfaat bagi semua ilmu. Pada tahun 1795, seorang astronom bernama David Kinnebrook dan asistennya Nevil Maskelyne mengatur jam kapal untuk mengetahui kapan bintang tertentu melintasi hairline di teleskop. Maskelyne memperhatikan bahwa Kinnebrook mengamati bintang itu sekitar setengah detik lebih lambat darinya. dua puluh tahun kemudian, kejadian itu menjadi perhatian astronom Jerman Friedrich Bessel (1784-1846), yg berpikir bahwa ketidakmampuan bukan penyebab kesalahan, tetapi perbedaan individu di antara para pengamat. Bessel membandingkan temuan pengamatannya dengan temuan rekan-rekannya dan menemukan perbedaan sistematis di antara keduanya. Ini adalah studi waktu reaksi pertama, yang digunakan untuk mengoreksi perbedaan antara pengamat dengan menghitung persamaan pribadi mereka.
2. Penelitian Awal Mengenai Sistem Syaraf Pusat oleh Muller, Von Helmholtz, Ewald Hering, Phrenology, dan Broca
a. Johannes Muller (1801–1858)
Johannes Muller (1801–1858), ahli fisiologi terkenal, lahir pada 14 Juli di Coblenz, Jerman. Muller menciptakan teori energi saraf khusus yang memperluas hukum Bell-Magendie. Müller menunjukkan bahwa ada lima jenis saraf sensorik, yang masing-masing membawa energi karakteristik. Sensasi karakteristik muncul ketika saraf ini distimulasi. Dengan kata lain, tidak peduli bagaimana saraf itu dirangsang, setiap saraf merespons dengan caranya sendiri. Misalnya, menggunakan gelombang cahaya, listrik, tekanan, atau pukulan ke kepala akan menghasilkan sensasi visual.
Adequate Stimulation. Meskipun Müller mengklaim bahwa berbagai saraf mengandung energi khusus, dia tidak berpikir bahwa semua organ indera sensitif terhadap rangsangan yang sama. Sebaliknya, masing-masing dari lima jenis alat indera sangat sensitif terhadap jenis rangsangan tertentu. Müller menyebutnya "iritabilitas spesifik", dan belakangan disebut sebagai Adequate Stimulation.
b. Hermann von Helmholtz (1821–1894)
- Prinsip Konservasi Energi
Menurut prinsip ini, yang sebelumnya telah diterapkan pada fenomena fisik, mengatakan bahwa energi hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya dan tidak pernah tercipta atau hilang dalam suatu sistem. Ketika diterapkan pada organisme hidup, prinsip ini jelas sesuai dengan filosofi materialis karena mendekatkan fisika, kimia, dan fisiologi.
- Teori Persepsi
Menurut Helmholtz, yang mengubah sensasi menjadi persepsi adalah pengalaman pengamat di masa lalu; sensasi adalah komponen dasar dari pengalaman sadar, dan persepsi adalah sensasi yang diberikan makna oleh pengalaman masa lalu seseorang. Dalam menjelaskan transformasi sensasi menjadi persepsi, Helmholtz mengandalkan gagasan tentang inferensi bawah sadar.
Helmholtz mengatakan bahwa penglihatan melibatkan tiga reseptor yang memiliki energi spesifiknya sendiri. Telah diketahui bahwa berbagai kombinasi tiga warna primer merah, hijau, dan biru violet dapat digabungkan untuk menghasilkan warna lain.
- Theory of Auditory Perception
Helmholtz menemukan bahwa selaput basilar, selaput utama telinga bagian dalam, membentuk harpa ketika dilepas. Dengan asumsi membran ini berfungsi untuk mendengarkan apa yang dilihat retina, Menurut Helmholtz, serat yang berbeda di sepanjang membran basilar peka terhadap fluktuasi frekuensi suara. Serat pendek lebih sensitif terhadap frekuensi yang lebih tinggi, serat gelombang yang lebih panjang bergerak ke frekuensi yang lebih rendah. Gelombang dengan frekuensi tertentu menyebabkan serat membran basilar yang sesuai bergetar, sehingga menimbulkan sensasi suara yang sesuai dengan frekuensi tersebut.
Helmholtz berasumsi bahwa ketika pikiran mencoba menciptakan gambaran fungsional dari dunia luar, kemauan, sensasi, dan refleksi terus berubah, dan bahwa tujuan pikiran adalah membuat konsepsi realitas yang cukup akurat dari berbagai "tanda" yang diterimanya dari sistem sensor tubuh.
c. Ewald Hering (1834–1918)
- Persepsi Ruang
Hering percaya bahwa ketika seseorang dirangsang, setiap titik di retina secara otomatis menyampaikan tiga jenis informasi: ketinggian, posisi kiri-kanan, dan kedalaman. Sejalan dengan Kant, Hering berpendapat bahwa persepsi ruang ada secara apriori. Bagi Kant, persepsi ruang adalah kategori yang dibawa oleh pikiran, sedangkan bagi Hering, persepsi ruang adalah karakteristik bawaan dari mata.
- Theory of Color Vision
Menurut teori Hering, retina memiliki tiga jenis reseptor, dan masing-masing dari mereka memiliki kemampuan untuk merespons dengan dua cara berbeda. Ada tiga jenis reseptor yang merespon: satu merah-hijau, satu kuning-biru, dan satu hitam-putih. Merah, kuning, dan putih menyebabkan "robekan", atau proses katabolik, di reseptornya; hijau, biru, dan hitam menyebabkan "membangun", atau proses anabolik. Jika kedua warna reseptor sensitif dialami pada saat yang sama, proses anabolik dan katabolik dihentikan, dan sensasi abu-abu muncul.
d. Phrenology
Franz Joseph Gall (1758–1828) percaya bahwa melihat benjolan dan cekungan pada tengkorak dapat membantu menentukan besarnya kemampuan seseorang. Analisis jenis ini dikenal sebagai frenologi. Gall mempelajari otak beberapa hewan, termasuk manusia, dan dia adalah orang pertama yang menyarankan hubungan antara perkembangan kortikal dan fungsi mental. Dia menemukan bahwa perilaku yang lebih cerdas terkait dengan korteks yang lebih besar dan berkembang. Selain itu, dia adalah orang pertama yang mengetahui bagaimana materi abu-abu dan materi putih berfungsi di otak.
e. Broca (1824–1880)
Untuk pertama kalinya, Broca melihat kelainan perilaku dan menemukan bagian otak yang menyebabkannya. Peneliti lain kemudian mengimplikasikan area di sisi kiri korteks yang ditemukan Broca rusak saat mengendalikan bicara, area tersebut diberi nama Area Broca.
3. Tumbuhnya Psikologi Eksperimen
Sains tidak dapat dilakukan tanpa pengukuran. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa ilmu psikologi tidak mungkin kecuali pengukuran kesadaran dapat dilakukan secara praktis. Selain itu, setelah pengukuran selesai, peristiwa fisik dan mental harus ditunjukkan berbeda secara sistematis. Ernst Heinrich Weber dan Gustav Theodor Fechner adalah orang pertama yang mengukur bagaimana sensasi bervariasi secara sistematis sebagai hasil dari rangsangan fisik.
Ernst Heinrich Weber ( 1795–1878) adalah seorang ahli fisiologi yang tertarik pada indera peraba dan kinestesis (indra otot).Weber adalah orang pertama yang mencoba mengukur hubungan antara rangsangan fisik dan sensasi yang ditimbulkannya. Dia melakukan ini dengan mengamati jarak terkecil antara dua titik rangsangan, yang akan dilaporkan sebagai dua titik, untuk berbagai bagian tubuh. Karya Weber adalah pernyataan pertama tentang hubungan yang sistematis antara hal-hal fisik dan mental.
Gustav Theodor Fechner (1801-1887), dalam karyanya tentang psikofisika, Fechner menggunakan tiga metode: metode batas, di mana satu rangsangan ditempatkan dengan stant dan variasi lainnya untuk menentukan nilai variabel stimulus yang dianggap sama dengan standar; metode rangsangan konstan, di mana pasangan rangsangan disajikan dan subjek melaporkan rangsangan mana yang tampaknya lebih besar dari, kurang dari, atau sama dengan rangsangan standar; dan metode penyesuaian, di mana subjek menyesuaikan besarnya rangsangan standar menjadi lebih kecil atau sama dengan rangsangan standar. Selain psikofisika, Fechner juga menciptakan bidang estetika eksperimental. Karena telah terbukti bahwa eksperimen dapat digunakan untuk mempelajari peristiwa mental, psikologi sekarang dapat dianggap sebagai ilmu eksperimental.
a. Wilhelm Maximilian Wundt (1832–1920)
Wundt adalah pendiri psikologi eksperimental sebagai disiplin terpisah. Dengan menggunakan introspeksi eksperimental, Wundt berusaha menemukan elemen pemikiran. Wundt menemukan bahwa ada dua jenis pengalaman mental fundamental: sensasi, yang dapat digambarkan dengan modalitas dan intensitas, dan perasaan. Wundt membedakan antara sensasi, yang merupakan komponen mental utama, dan persepsi, yang merupakan pengalaman mental yang dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Wundt, dalam analisisnya tentang bahasa, berpendapat bahwa pembentukan kesan umum adalah awal komunikasi. Selanjutnya, individu memilih kata-kata yang akan mengungkapkan kesan umum. Pada akhirnya, komunikasi berhasil jika kata-kata cukup menyampaikan kesan umum dan pendengar dapat memahaminya.
b. Bradford Titchener (1867–1927)
Titchener mendirikan sekolah strukturalisme di Universitas Cornell. Titchener menyatakan bahwa kualitas, intensitas, durasi, kejelasan, dan keluasan sensasi dan gambar dapat berbeda. Titchener mengatakan bahwa perhatian hanyalah sensasi yang jelas, mengikuti tradisi asosiasi-empiris, dan berpendapat bahwa semua perasaan hanya berbeda sepanjang dimensi kesenangan dan ketidaknyamanan, sehingga tidak sesuai dengan teori Wundt tentang tiga dimensi. Selain itu, menurut teori konteks makna Titchener, ingatan yang terkait dengan sensasi selalu menimbulkan ingatan akan peristiwa yang telah dialami bersama dengan sensasi tersebut, dan ingatan ini memberi makna pada sensasi.
c. Franz Clemens Brentano (1838–1917)
Pandangan Brentano disebut psikologi tindakan karena keyakinannya bahwa proses mental ditujukan untuk melakukan suatu fungsi. Tindakan mental seperti menilai, mengingat, mengharapkan, menyimpulkan, meragukan, mencintai, membenci, dan berharap. Setiap tindakan mental juga mengacu pada hal-hal di luar dirinya sendiri. Misalnya, sesuatu dinilai, diingat, diharapkan, dicintai, dibenci, dll. Brentano mengatakan bahwa setiap tindakan mental menggabungkan sesuatu di luar dirinya dengan istilah intensionalitas.
d. Carl Stumpf (1848–1936)
Stumpf, seperti Brentano, berpendapat bahwa peristiwa mental harus dipelajari secara keseluruhan, seperti yang terjadi pada seseorang, dan tidak boleh dipecahkan untuk analisis lebih lanjut. Dengan kata lain, Stumpf berpendapat bahwa fenomena mental, bukan aspek sadar, harus menjadi subjek studi psikologi. Sekolah psikologi Gestalt yang lebih lanjut muncul sebagai hasil dari pembentukan fenomenologi.
e. Edmund Husserl (1859–1938)
Husserl berpendapat bahwa taksonomi pikiran diperlukan sebelum psikologi ilmiah dapat dilakukan. Fenomenologi murni akan digunakan untuk menyelidiki esensi pengalaman subjektif. Husserl berpendapat bahwa tidak masuk akal untuk melakukan eksperimen yang melibatkan proses seperti persepsi, memori, atau penilaian tanpa mengetahui esensi dari proses tersebut terlebih dahulu. Dia menyatakan bahwa pemahaman tentang pikiran itu sendiri diperlukan sebelum kita dapat mempelajari bagaimana pikiran bertindak terhadap hal-hal di luarnya.
f. Oswald Külpe (1862–1915)
Kulpe menemukan melalui metode introspeksi eksperimental sistematisnya bahwa manusia memiliki proses bukan hanya sensasi, citra, dan perasaan—dan bahwa proses ini tidak berimajinasi. Mencari, meragukan, dan ragu-ragu adalah beberapa contoh pikiran tanpa imajinasi. Kulpe dan rekannya menemukan bahwa kecenderungan yang menentukan untuk memecahkan masalah diberikan oleh mental set, yang dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi atau instruksi. Mereka juga menemukan bahwa manusia dapat memecahkan masalah secara tidak sadar setelah menciptakan mental set.
g. Hans Vaihinger (1852–1933)
Vaihinger berpendapat bahwa semua referensi ke realitas fisik yang disebut harus bersifat fisik karena sensasi adalah satu-satunya hal yang dapat kita yakini. Kehidupan bermasyarakat bergantung pada fungsi-fungsinya, yang hanya dapat dinilai berdasarkan kegunaannya. Teori Vaihinger berbeda dari pragmatis karena mereka percaya bahwa sejauh mana suatu gagasan berguna, itu juga dianggap benar. Namun, Vaihinger percaya bahwa, meskipun gagasan seringkali salah, mereka tetap berguna.
Sumber: Hergenhahn, B.R. 2009. An Introduction to the History of Psychology 6th Edition. Wadsworth: USA
Komentar
Posting Komentar